Langsung ke konten utama

Melihat lebih dekat, mendengar lebih ikhlas, memahami lebih sabar.



Banyak hal yang ada disekeliling kita yang hanya kita lihat selewat saja, dan akhirnya kita tak mengerti bahwa itu sangat berharga. 

Banyak hal di sekeliling kita yang hanya kita dengar berlalu saja, sekedar memperlihatkan rasa iba tanpa ikhlas mendengarnya, dan akhirnya kita tak mengerti bahwa itu sangatlah bermakna.

Banyak permasalahan yang ada di sekeliling kita, dan kitapun hanya melewatinya saja dengan percuma, tanpa belajar lebih sabar memahaminya, dan akhirnya kita banyak kehilangan hikmah. 

Kitalah yang membatasi diri kita.
Andai mata, telinga, hati dan seluruh diri kita kita biarkan melebur dengan segala kebaikan, betapa beruntungnya diri kita. 

Salah satu ciri seseorang  yang sehat mental adalah senang hidup dan menolong orang lain. Hakikat dasar manusia salah satunya adalah makhluk social, dan inilah ajang untu mensosialisasikan diri.  Bagaimana tidak, saat kita menolong orang lain, maka kitapun sedang berlaku baik pada diri kita mengumpulkan kepingan-kepingan kebaikan sebagai tabungan di akhirat kelak

Dalam sebuah hadist :
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Orang­ yang paling dicintai oleh Allah ‘Azza wa jalla adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada orang lain. Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah kesenangan yang diberikan kepada sesama muslim, menghilangkan kesusahannya, membayarkan hutangnya, atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh, aku berjalan bersama salah seorang saudaraku untuk menunaikan keperluannya lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjid ini (Masjid Nabawi) sebulan lamanya. Barangsiapa berjalan bersama salah seorang saudaranya dalam rangka memenuhi kebutuhannya sampai selesai, maka Allah akan meneguhkan tapak kakinya pada hari ketika semua tapak kaki tergelincir. Sesungguhnya akhlak yang buruk akan merusak amal sebagaimana cuka yang merusak madu.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid-Dunya dengan sanad hasan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“TAK MUNGKIN MEMBAHAGIAKAN SEMUA”

 -jika bisa, inginnya kita membahagiakan semua orang. tapi apa harus begitu?- Salah satu hakikat sebagai manusia sosial adalah setiap apa-apa yang dilakukannya pasti tidak lepas dari sorotan manusia yang lain, entah itu keluarga, kerabat, teman sekalipun orang yang baru kita temui saat itu. Sorotan tersebut biasanya berbentuk penilaian, entah penilaian yang sekedar keisengan sampai penilaian yang sangat serius. Kita sebagai objek yang menerima penilaian itupun memiliki sumber daya diri atau kapasitas cara menerima yang berbeda-beda, mulai dari mudah terpengaruh sampai tidak terpengaruh, bahkan penerimaan yang lemah hingga kuat. Tak masalah, setiap orang mengalaminya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, bukan? Penilaian-penilaian itu biasanya berkaitan dengan banyak hal, kepentingan yang berbeda-beda, sudut pandang yang berbeda-beda bahkan hingga value yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Penilaian itu pun biasanya mengandung unsur suka atau tidak suka. A

MEMPERBAIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH

Kita kerap sekali menemui rasa gelisah, dan rasa gelisah itu erat kaitannya dengan emosi serta hati kita. Terkadang rasa glisah itu memang sesuai dengan realita yang sedang terjadi, tapi terkadang juga hanya lewat begitu saja. Tapi pada dasarnya setiap emosi itu adalah alarm atau pemberitahuan ataupun tanda bagi kita. Alarm apa nih maksudnya? Oke coba kita telusuri ya, kita fokus pada pembahasan gelisah dulu. Sederhananya, gelisah adalah situasi dimana kita merasa tidak tenang, kadang   kala dengan mudah kita tahu apa penyebabnya tapi kadang kala kita perlu waktu untuk mengetahui apa penyebab kegelisahan kita itu. Tapi pada dasarnya, rasa gelisah atau tidak tenang itu adalah sebuah tanda bahwa ada sesuatu yang salah bahkan ada hal yang belum tuntas. Maka ketika kita gelisah, kenalilah pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan pada kita lewat kegelisahan itu sendiri. Dan satu hal yang penting, gelisah adalah tanda bahwa kita harus semakin serius untuk memperbaiki hubungan kita d

Tentang Yang Terkasih, My Everything,IBU

(tanpa maksud apapun, selain belajar dan berproses bersama, semoga bermanfaat dengan berbagi) Ada do’a disetiap waktunya Ada cinta semasa hayatnya Ada lelah yang sengaja disembunyikan Ada senyum yang sengaja ditampakkan Gadis kecil itu, kini sudah beranjak dewasa. Waktu bermain dan belajar dengan seorang ibu dulu, kini tergantikan dengan waktu berkumpul dan berorganisasi bersama kerabatnya. Senyum lucu, lugu yang dulu, kini lebih sering berubah menjadi  wajah kalut lelah, dan senyuman yang tak sepolos dahulu. Ketika dahulu, tak berani beranjak dari rumah sendirian, dan selalu meminta ibu untuk mendampingi, kini sudah terbiasa untuk pergi sendiri bahkan pulang hanya sekedar makan dan tidur saja. Ya, Itulah aku, kamu dan mereka. Kita semua. Sekarang kita bisa bilang, “saya sudah mulai beranjak dewasa, banyak kegiatan bu, pa. Banyak yang harus saya persiapakan demi cita-cita dan masa depan kita” Sedangkan dulu? *** Sahabat, Sekarang mungkin kau adalah orang yang si