Langsung ke konten utama

HATI YANG DAMAI

#penakehidupan



Dalam kehidupan ini, kita sering mempertanyakan banyak hal, baik kejadian yang sedang kita alami ataupun kejadian  siapapun yang memberikan kita pengalaman berharga.  Kita sering bertanya dan mengajak diri kita berbicara (self talk), sebagai upaya untuk mengetahui dimana letaknya kejujuran diri kita, apakah kita bersungguh-sungguh dengan apa yang kita putuskan, ataukah kita hanya berpura-pura saja. Pertanyaan demi pertanyaan tersebut pun menuntut kita untuk mempertimbangkan banyak hal, dan akhirnya membawa kita untuk berani mengambil keputusan-keputusan besar.  Yang barangkali bagi orang lain keputusan besar kita tampaknya kecil dan sepele, tak apa itu karena mereka (orang-orang) tidak menjadi kita sebagai pemeran utamanya. Tapi, setiap orang berbeda. Bagi beberapa orang yang belum terbiasa untuk mengabaikan “apa kata orang” yang kadang kala hanya mengganggu dan sarana menguji keistiqomahan kita  dan kita yang nyaris belum bisa tegas pada diri sendiri, maka kita akan teralihkan oleh pendapat-pendapat yang barangkali menyita perasaan dan pikiran kita. Maka menjadi cukup wajar jika akhirnya kita memerlukan waktu yang tidak sebentar  untuk menelusuri setiap kejadiannya?

Kita tidak pernah tahu kejadian mana yang baik dan buruk untuk kita, hingga akhirnya kita merasakan kebaikan dan keburukan tersebut secara langsung. Bahkan ketika kita sudah merasakan kebaikan ataupun keburukannya, terkadang kita tidak mengerti apakah selesai sampai disiti saja, ataukah akan ada efek berbeda nantinya? Artinya, hidup kita ini kompleks dan apapun bisa terjadi juga berbuah meskipun dalam hitungan menit. Kita banyak bertanya, berpikir, dan berspekulasi. Mengapa begini, mengapa begitu, ko begini, ko begitu, dan beragam pertanyaan lainnya. Bahkan terkadang kita dibuat semakin bingung oleh spekulasi-spekulasi yang kita susun itu. Padahal, spekulasi (perkiraan yang belum tepat itu) terkadang tidak sesuai dengan realitanya. Maka kita harus belajar , ketika ada banyak pertanyaan atau spekulasi bergulat dipikiran dan hati kita, maka hadirkanlah lebih banyak lagi prasangka baik kita padaNya. Kita harus melatih diri kita untuk semakin berbaik sangka (husnudzon) pada segala ketetapanNya, segala hal yang terjadi. Bukankah, hal tersebut menjadi salah satu indikasi dari seseorang yang mengimanai Allahnya? Jika kita beriman kepada Allah, kita pun harus yakin bahwa apapun yang terjadi adalah ketetapan terbaik dariNya, sekalipun itu adalah kejadian yang pahit dan menyulitkan kita secara kasat mata. Bukankah semua hal dan kejadian dalam hidup kita adalah sebuah sarana pembelajaran hidup agar diri kita semakin bertumbuh?

Mari kita latih diri kita untuk berbaik sangka kepadaNya, mulai dari menerima apa yang terjadi dan membenahi apa yang perlu dibenahi. Mari kita bersiap untuk menjadi pribadi yang ringan hatinya untuk menerima segala hal (apapun) yang melintas dalam kehidupan kita, yang tidak lagi berlebihan dalam meresahkan segala macam ujiannya, tapi justru mampu mensyukurinya.  Bersiaplah memiliki hati yang damai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“TAK MUNGKIN MEMBAHAGIAKAN SEMUA”

 -jika bisa, inginnya kita membahagiakan semua orang. tapi apa harus begitu?- Salah satu hakikat sebagai manusia sosial adalah setiap apa-apa yang dilakukannya pasti tidak lepas dari sorotan manusia yang lain, entah itu keluarga, kerabat, teman sekalipun orang yang baru kita temui saat itu. Sorotan tersebut biasanya berbentuk penilaian, entah penilaian yang sekedar keisengan sampai penilaian yang sangat serius. Kita sebagai objek yang menerima penilaian itupun memiliki sumber daya diri atau kapasitas cara menerima yang berbeda-beda, mulai dari mudah terpengaruh sampai tidak terpengaruh, bahkan penerimaan yang lemah hingga kuat. Tak masalah, setiap orang mengalaminya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, bukan? Penilaian-penilaian itu biasanya berkaitan dengan banyak hal, kepentingan yang berbeda-beda, sudut pandang yang berbeda-beda bahkan hingga value yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Penilaian itu pun biasanya mengandung unsur suka atau tidak suka. A

MEMPERBAIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH

Kita kerap sekali menemui rasa gelisah, dan rasa gelisah itu erat kaitannya dengan emosi serta hati kita. Terkadang rasa glisah itu memang sesuai dengan realita yang sedang terjadi, tapi terkadang juga hanya lewat begitu saja. Tapi pada dasarnya setiap emosi itu adalah alarm atau pemberitahuan ataupun tanda bagi kita. Alarm apa nih maksudnya? Oke coba kita telusuri ya, kita fokus pada pembahasan gelisah dulu. Sederhananya, gelisah adalah situasi dimana kita merasa tidak tenang, kadang   kala dengan mudah kita tahu apa penyebabnya tapi kadang kala kita perlu waktu untuk mengetahui apa penyebab kegelisahan kita itu. Tapi pada dasarnya, rasa gelisah atau tidak tenang itu adalah sebuah tanda bahwa ada sesuatu yang salah bahkan ada hal yang belum tuntas. Maka ketika kita gelisah, kenalilah pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan pada kita lewat kegelisahan itu sendiri. Dan satu hal yang penting, gelisah adalah tanda bahwa kita harus semakin serius untuk memperbaiki hubungan kita d

“JADILAH APA ADANYA ‘SEORANG DEWASA”

-jadilah apa adanya dirimu, mengakui kelemahanmu, memperbaiki kesalahanmu, berkarya dengan kelebihanmu- Kita hidup sepaket dengan kelebihan dan kekurangan kita, kebaikan dan keburukan kita, dan itu melekat pada diri kita. Sehingga tidak mungkin ada seseorang mengklaim bahwa dirinya selalu baik tanpa cacat, pun mengklaim bahwa dirinya buruk tanpa lebih. Kebaikan sama halnya dengan aib memang tak perlu diumbar, tapi kita sendiri harus tepat dalam merespon kebaikan dan aib kita. Namun kita harus sadar, bahwa ada hal yang bisa dirubah, ada hal yang bisa diikhtiarkan, dan ada hal yang bisa dicapai, maka pada dasarnya kita memiliki peluang untuk memperbaiki kelemahan kita atau memperbaki kekurangan kita, sepakat gak?. Begini rumusnya : kita bongkar diri kita ( apa ya lebih dan kurangnya, kekuatan dan kelemahannya), lalu kita terima seutuhnya diri kita (terima bahwa kita punya kelemahan, dan syukuri kita punya kekuatan), selanjutnya jadilah diri terbaik kita (kalau ada yang bisa dir