Kita
sangat sadar bahwa kita adalah manusia yang memiliki banyak sekli keterbatasan.
Kita terbatas pada perasaan kita yang kerap kali mengedepankan emosi belaka,
kita juga terbatas pada pemikiran kita yang kerap kali mengedepankan logika
semata. Pada akhirnya, kita sering khawatir akan segala hal yang melekat pada
diri kita. Puncak dari kekhawatiran itu adalah kita senantiasa berusaha
melibatkan Allah dalam setiap perjalanannya. Kita meminta yang terbaik menurut-Nya
saja, karena pandangan-Nya, pilihan-Nya, pemberian-Nya tak akan pernah ada
kesalahan sedikitpun. Kamu, apa juga begitu? Selalu meminta diberikan yang
terbaik dalam setiap do’amu?
Dalam
kondisi tertentu, barangkali kita sering lupa akan do’a itu. Kita lupa, bahwa
kita meminta yang terbaik bagi kehidupan kita, bukan meminta yang menyenangkan,
bukan juga meminta yang membahagiakan, apalagi meminta yang menurut kita itu
keren. Nah, aku ingin bertanya padamu, menurutmu do’amu untuk diberikan yang
terbaik bagi kehidupanmu itu sudah tepat belum? Kalau menurutku yang banyak
keterbatasan, kekurangan dan kelemahan, itu sudah tepat. Karena kalau aku, aku
sadar betul bahwa aku tak punya kemurnian hati yang stabil untuk merasai
sesuatu itu tepat atau tidak, aku juga tak memiliki kejernihan pikiran yang
stabil untuk memutuskan sesuatu itu layak atau tidak. Dan ada banyak rahasia
yang aku tak pandai mengetahuinya, sehingga aku yakin Allah satu-satunya Ahli
dalam hal ini, dalam mengetahui segala sesuatu, maka meminta Ia pilihkan dan
berikan yang terbaik adalah sebuah keniscayaan diri. Bukankah kamu sudah faham
tentang sebuah kalamullah yang mengatakan “apa
yang menurutmu baik, belum tentu baik menurutNya. Pun sebaliknya apa yang
menurutmu buruk belum tentu buruk menurutNya”. Maka meminta yang terbaik
adalah salah satu upaya untuk menjaga posisi kehambaan kita serta upaya untuk
melindungi diri kita. Tapi silahkan, jika mau berdo’a diberikan yang
menyenangkan dan membahagiakan. Barangkali kita akan mendapatkan yang membuat
kita senang dan yang sesuai mau kita, tapi kita tidak punya jaminan apakah itu
akan baik bagi hidup kita kedepannya? Apakah itu akan membentuk diri kita
menjadi pribadi yang lebih bijak lagi? Begitulah hakikat dari “meminta yang terbaik
menurutNya”.
Tapi
disisi lain, sebagai manusia yang penuh keterbatasan tadi. Barangkali kita akan
menemui kondisi dimana kita merasa kaget, sedih ketika ternyata ada hal yang
sedikit menyayat hati kita. Rasanya wajar ya? Kalau mau menangis, menangislah.
Tapi berusahalah untuk terus menjaga keyakinan bahwa “ketika kita meminta yang
terbaik menurut-Nya, maka yang terjadi hari ini adalah yang lebih baik bagi
kita menurutNya”. Barangkali kita hanya perlu waktu untuk memulihkan dan menata
lagi segala tentang diri kita. Ya, waktu akan membantumu untuk pulih. Tak perlu
menuntut segera, nikmatilah saja bagaimana rasanya berharap dalam kepadaNya,
nikmati segala lelehan hangat dipipi itu, nikmati jemari yang menjadi piawai dalam
merangkai hikmah, nikmatilah segalanya. Dan bersiap-siaplah untuk pulih dengan segala takdir terbaikNya.
Komentar
Posting Komentar