-jadilah apa adanya
dirimu,
mengakui kelemahanmu,
memperbaiki kesalahanmu, berkarya dengan kelebihanmu-
Kita hidup sepaket dengan
kelebihan dan kekurangan kita, kebaikan dan keburukan kita, dan itu melekat
pada diri kita. Sehingga tidak mungkin ada seseorang mengklaim bahwa dirinya
selalu baik tanpa cacat, pun mengklaim bahwa dirinya buruk tanpa lebih.
Kebaikan sama halnya dengan aib memang tak perlu diumbar, tapi kita sendiri harus
tepat dalam merespon kebaikan dan aib kita. Namun kita harus sadar, bahwa ada
hal yang bisa dirubah, ada hal yang bisa diikhtiarkan, dan ada hal yang bisa
dicapai, maka pada dasarnya kita memiliki peluang untuk memperbaiki kelemahan
kita atau memperbaki kekurangan kita, sepakat gak?. Begini rumusnya : kita
bongkar diri kita ( apa ya lebih dan kurangnya, kekuatan dan kelemahannya),
lalu kita terima seutuhnya diri kita (terima bahwa kita punya kelemahan, dan
syukuri kita punya kekuatan), selanjutnya jadilah diri terbaik kita (kalau ada
yang bisa dirubah, rubahlah! Dan tetap fokus pada karya atas kelebihan kita).
Dalam kehidupan kita ini,kita
sadari bahwa kita bisa sukses atas diri kita, restu keluarga (orang tua) dan
juga orang-orang disekitar kita yang terlibat langsung maupun tidak. Banyak
orang datang dan pergi menuju kehidupan kita, ada yang datang sebagai hadiah bahkan
hukuman, tapi semuanya kita sepakati sebagai ujian. Ada orang yang tidak kita
kenal sama sekali, juga ada orang yang sudah kita kenal dan tahu sedari lama.
Mereka tentu punya penilaian sendiri, juga punya maksud serta misi yang dibawa menuju
kita. Ada yang hanya sekedar ingin tahu, ingin kenal, ingin silaturahim, ingin
bekerjasama dan misi terselubung lainnya. Lalu terhadap mereka yang datang satu
persatu kedalam hidup kita, hendak memasuki gerbang kehidupan kita, bagaimana
caranya kita menyambut mereka yang sangat beragam latar belakangnya itu?
Ya, jadilah apa adanya dirimu,
mengakui kelemahanmu, memperbaiki kesalahanmu dan berkarya dengan kelebihanmu!
Gimana maksudnya?
Sisi lain dari hidup kita,
menuntut kita untuk hidup bersosial, saling terikat satu sama lain dengan yang lain,
dalam bentuk ikatan atau hubungan apapun ya, pendidikan, karir bahkan cinta.
Lalu pertanyaannya, bukankah ada ilmunya untuk bagaimana membangun relasi agar
orang percaya dan tertarik kepada kita pada kesan awal? Ya, ilmunya banyak
sekali, ada ilmu psikologi, marketing, komunikasi dan lain-lain. Ilmu itu
mengajarkan kepada kita bagaimana caranya, bagaimana mengefisienkan langkah
kita, tapi bukan mengajarkan kita untuk membohongi orang lain dan membohongi
diri kita sendiri. Jangan sampai kita tidak menjadi diri kita yang apa adanya,
hanya karena ada orang yang baru masuk gerbang cerita kehidupan kita, terlebih
dengan tujuan membuat ia tetap membersamai kita dalam karir atau kehidupan kita
secara luas. Sedangkan kita sadari bahwa yang lain yang mengenal kita apa
adanya ada yang memilih mundur perlahan, menyudahi kerjasama dan komitmen yang
sudah dibangun.
Ini tak adil, sungguh!
Jangan jadi orang yang berjuang
sendiri dengan kebohongan. Akan lebih bermakna ketika kita berjuang bersama dengan segala
keterbatasan yang ada. Tapi, jika perjuangan kita yang apa adanya kembali patah
ditengah perjalanan, bagaimana? Ya iarlah. Bukankan hakikat hidup adalah
mengajarkan kita untuk berjuang terus, bukan berjuang berhasil dan berhenti?
Biarkan semua berjalan sesuai ceritanya dan menemui ujung yang tepat pada
saatnya.
Dan ingatlah, bahwa bagi
seseorang muslim dan muslimah, bagi seseorang yang bijaksana dan dewasa,
pengakuan tentang “diri yang apa adanya” bukanlah diri yang tenggelam dalam
kelemahannya, tapi yang menerima kelemahannya dan menjadikan kelemahannya itu
salah satu kekuatan untuk berjuang mengoptimalkan diri dengan menyadari
kekuatan demi kekuatannya.
Komentar
Posting Komentar