Langsung ke konten utama

MEMPERBAIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH


Kita kerap sekali menemui rasa gelisah, dan rasa gelisah itu erat kaitannya dengan emosi serta hati kita. Terkadang rasa glisah itu memang sesuai dengan realita yang sedang terjadi, tapi terkadang juga hanya lewat begitu saja. Tapi pada dasarnya setiap emosi itu adalah alarm atau pemberitahuan ataupun tanda bagi kita. Alarm apa nih maksudnya? Oke coba kita telusuri ya, kita fokus pada pembahasan gelisah dulu. Sederhananya, gelisah adalah situasi dimana kita merasa tidak tenang, kadang  kala dengan mudah kita tahu apa penyebabnya tapi kadang kala kita perlu waktu untuk mengetahui apa penyebab kegelisahan kita itu. Tapi pada dasarnya, rasa gelisah atau tidak tenang itu adalah sebuah tanda bahwa ada sesuatu yang salah bahkan ada hal yang belum tuntas. Maka ketika kita gelisah, kenalilah pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan pada kita lewat kegelisahan itu sendiri.
Dan satu hal yang penting, gelisah adalah tanda bahwa kita harus semakin serius untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Maka bersyukurlah saat kita masih merasa gelisah, tandanya Allah masih ridha kepada kita untuk membongkar apa-apa kelalaian diri kita. Karena bisa jadi ada orang yang melakukan kelalaian, tapi sedikitpun ia tak merasa gelisah, ia merasa bahwa dirinya baik-baik saja, maka ia tak pernah mau untuk membongkar dirinya dan menilik lebih dalam tentang apa-apa yang ada pada  dirinya.
Kembalilah kepada Allah, karena begitulah seharusnya.  Bukankah hakikat hidup adalah berlari terus menuju Allah, bukan berlari jauh meninggalkan Allah dengan segala hal yang Allah ingin kita melakukannya. Maka teruslah berusaha untuk terus memperbaiki hubungan dengan Allah. Dan jangan disangka, perjalanan kita yang menuju Allah itu akan mulus-mulus saja perjalanannya. Saat kita tengah berjalan menuju Allah, pasti akan terus ada ujian yang menguji segenap hati dan diri kita. Bahkan untuk ujian yang mungkin kecil dan sederhana lewat sorotan mata ataupun ucapan orang , bisa jadi kita akan menjadi lebih sensitif menanggapinya, akan lebih mudah tergugah emosi bahkan meneteskan air mata. Saat itu kita merasa kita mempunyai masalah dengan manusia yang lain (tapi bisa jadi memang iya, bisa jadi juga tidak). Tapi tak sadarkah kita, bahwa saat itu juga barangkali Allah ingin melihat seberapa kuat kita juga berusaha memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia, dengan yang lainnya. Karena hakikatnya, saat  kita memperbaiki hubungan kita dengan Allah, maka saat itu juga kita tengah  memperbaiki hubungan dengan segalanya.
Ya, inilah ujian, ujian yang akan membuat kita semakin mulia saat berhasil melaluinya, tapi akan menjadi hina jika tidak berhasil melaluinya dengan baik. Bukankah Allah tidak membiarkan kita beriman tanpa adanya ujian? Maka yakinlah, ujian adalah keniscayaan bagi orang beriman, semua orang berimana pasti mendapatkan ujian.
Jadi, teruslah sadari bahwa ketika kita gelisah, maka itu adalah salah satu alarm bahwa kita harus semakin serius memperbaiki hubungan kita dengan Allah (sembari terus menelusuri apa sebab yang menyertainya). Karena, saat kita memperbaiki hubungan dengan Allah, maka saat itu juga kita tengah memperbaiki hubungan dengan segala hal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“TAK MUNGKIN MEMBAHAGIAKAN SEMUA”

 -jika bisa, inginnya kita membahagiakan semua orang. tapi apa harus begitu?- Salah satu hakikat sebagai manusia sosial adalah setiap apa-apa yang dilakukannya pasti tidak lepas dari sorotan manusia yang lain, entah itu keluarga, kerabat, teman sekalipun orang yang baru kita temui saat itu. Sorotan tersebut biasanya berbentuk penilaian, entah penilaian yang sekedar keisengan sampai penilaian yang sangat serius. Kita sebagai objek yang menerima penilaian itupun memiliki sumber daya diri atau kapasitas cara menerima yang berbeda-beda, mulai dari mudah terpengaruh sampai tidak terpengaruh, bahkan penerimaan yang lemah hingga kuat. Tak masalah, setiap orang mengalaminya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, bukan? Penilaian-penilaian itu biasanya berkaitan dengan banyak hal, kepentingan yang berbeda-beda, sudut pandang yang berbeda-beda bahkan hingga value yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Penilaian itu pun biasanya mengandung unsur suka atau tidak suka. A

“JADILAH APA ADANYA ‘SEORANG DEWASA”

-jadilah apa adanya dirimu, mengakui kelemahanmu, memperbaiki kesalahanmu, berkarya dengan kelebihanmu- Kita hidup sepaket dengan kelebihan dan kekurangan kita, kebaikan dan keburukan kita, dan itu melekat pada diri kita. Sehingga tidak mungkin ada seseorang mengklaim bahwa dirinya selalu baik tanpa cacat, pun mengklaim bahwa dirinya buruk tanpa lebih. Kebaikan sama halnya dengan aib memang tak perlu diumbar, tapi kita sendiri harus tepat dalam merespon kebaikan dan aib kita. Namun kita harus sadar, bahwa ada hal yang bisa dirubah, ada hal yang bisa diikhtiarkan, dan ada hal yang bisa dicapai, maka pada dasarnya kita memiliki peluang untuk memperbaiki kelemahan kita atau memperbaki kekurangan kita, sepakat gak?. Begini rumusnya : kita bongkar diri kita ( apa ya lebih dan kurangnya, kekuatan dan kelemahannya), lalu kita terima seutuhnya diri kita (terima bahwa kita punya kelemahan, dan syukuri kita punya kekuatan), selanjutnya jadilah diri terbaik kita (kalau ada yang bisa dir