Langsung ke konten utama

RizkiNya Bertaburan di Bumi

dan Allah Yang Maha Kaya

ada bisikan, sebagian hatiku seperti merintih.
mungkin seperti inilah seharsnya, mewarnai ceritacerita hikmah.

ketika mudah untukku membeli apa yg aku ingin,
ketika terkadang aku tak peduli bagaimana orangtuaku mengupayakan segalanya untukku,
dan ku kira semua itu baik-baik saja.

tiba-tiba pedagang kaki lima, di jalan-jalan itu membuka mataku.

Allahku,
aku tak tahu seberapa besar kebutuhan mereka,
membiayai anak, istrinya.
hanya dengan berjualan di pinggir jalan,
hanya dengan berjualan dari bis satu ke bis lain,
hanya dengan menunggu pembeli di warung mungilnya.
aku tak tahu bagaimana mereka bertahan ketika jualannya tak laku,
aku tak tahu bagaimana mereka masih bisa tersenyum ketika hanya sedikit ribuan yg ada di kantongnya.

aku tak tahu.

seketika aku tak sadar meneteskan air mata sambil bercerita itu.

dan untaian nasihat terdengar sebagai bentuk syukur padaku.

"Allah itu Maha Kaya, tugas manusia itu ya ikhtiar semampu mereka. Dan percayalah, Allah Maha Menolong, banyak cara Allah untuk mengirimkan rizki pada hambanya. Entah bagaimana Allah mengaturnya, karena terkadang logika kita tak mampu menjelaskan.. Yang pasti Allah punya banyak cara untuk menebarkan rizkinya di bumi pada hamba-hamba yang seharusnya".

Subhanallah..
semua punya masanya, punya jalannya,

Semoga kita yg lebih mampu, bisa membuka selebar-lebarnya langkah untuk menebar kebermanfaatan..

semoga semuanya baik-baik saja,
berkah untuk kalian wahai para pejuang, bagi diri kalian, dan keluarga kalian.
:)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILMU TENTANG CINTA

Apa itu Cinta? yang perlu kita fahami ketika membicarakan cinta, ialah cinta sesuai fitrahnya, kesuciannya, dan makna sebenarnya. Bukan cinta-cintaan (cinta buatan hehe) yang barangkali banyak disalah artikan maknanya dan penerapannya. Allah itu Maha Cinta, sepakat tidak? Ya, coba kita ingat-ingat lagi jika kita meyakini dan memahami dengan hati yang sepenuhnya, segala yang Allah berikan kepada kita selalu penuh dengan kebaikan. Allah menebarkan cintaNya kepada hamba-hambaNya, maka selayaknya kita sebagai hambaNya pun memiliki dan menebarkan cinta tersebut. Cinta = Kebaikan. Jika hari ini kita mengaku menebarkan cinta, menumbuhkan cinta, namun tidak terasa unsur kebaikannya, kebermanfaatannya, maka kita perlu memeriksa kembali, apakah betul itu cinta? Bagiku, cinta itu universal, maknanya umum. Bagimu apakah sama begitu? Cinta pada orang tua, pasangan halal, anak, keluarga, guru, murid bahkan pada pekerjaan yang kita jalankan serta cinta pada diri sendiri (asalkan porsinya ...

“MEMINTA YANG TERBAIK”

Kita sangat sadar bahwa kita adalah manusia yang memiliki banyak sekli keterbatasan. Kita terbatas pada perasaan kita yang kerap kali mengedepankan emosi belaka, kita juga terbatas pada pemikiran kita yang kerap kali mengedepankan logika semata. Pada akhirnya, kita sering khawatir akan segala hal yang melekat pada diri kita. Puncak dari kekhawatiran itu adalah kita senantiasa berusaha melibatkan Allah dalam setiap perjalanannya. Kita meminta yang terbaik menurut-Nya saja, karena pandangan-Nya, pilihan-Nya, pemberian-Nya tak akan pernah ada kesalahan sedikitpun. Kamu, apa juga begitu? Selalu meminta diberikan yang terbaik dalam setiap do’amu? Dalam kondisi tertentu, barangkali kita sering lupa akan do’a itu. Kita lupa, bahwa kita meminta yang terbaik bagi kehidupan kita, bukan meminta yang menyenangkan, bukan juga meminta yang membahagiakan, apalagi meminta yang menurut kita itu keren. Nah, aku ingin bertanya padamu, menurutmu do’amu untuk diberikan yang terbaik bagi kehidup...

“TAK MUNGKIN MEMBAHAGIAKAN SEMUA”

 -jika bisa, inginnya kita membahagiakan semua orang. tapi apa harus begitu?- Salah satu hakikat sebagai manusia sosial adalah setiap apa-apa yang dilakukannya pasti tidak lepas dari sorotan manusia yang lain, entah itu keluarga, kerabat, teman sekalipun orang yang baru kita temui saat itu. Sorotan tersebut biasanya berbentuk penilaian, entah penilaian yang sekedar keisengan sampai penilaian yang sangat serius. Kita sebagai objek yang menerima penilaian itupun memiliki sumber daya diri atau kapasitas cara menerima yang berbeda-beda, mulai dari mudah terpengaruh sampai tidak terpengaruh, bahkan penerimaan yang lemah hingga kuat. Tak masalah, setiap orang mengalaminya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, bukan? Penilaian-penilaian itu biasanya berkaitan dengan banyak hal, kepentingan yang berbeda-beda, sudut pandang yang berbeda-beda bahkan hingga value yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Penilaian itu pun biasanya mengandung unsur suka atau tidak suk...