Langsung ke konten utama

Menyentuh Hati Hrus Dengan Hati


 “kehidupan itupun perkara hati. Setiap orang punya hati (sumber kebaikan), jika ingin menyentuhnya ya harus pake hati juga. Gak  cukup menyentuh hati dengan logika, kelembutan, bahkan kekerasan. TApi harus pake hati yang nol (Ikhlas)”

Saat kita melakukan setiap halnya dengan hati, terlebih hati tersebut sudah berorientasi pada Allah, maka semua akan terasa jauh lebih bersahabat. Saat hati kita menemui sebuah ketidak sinkronan katakanlah ada rasa sakit dalam hati kita, kita tidak akan jadi pribadi yang lebih kronis hatinya, rasa sakit itu pasti hanya sebentar saja, karena ketika sandaran kita adalah Allah, maka tak akan pernah ada kecewa berkepanjangan. Maka lakukanlah dengan hati.

Perkara hati tak sekedar berbicara tentang cinta tapi ada hal yang lebih berlian yaitu suatu keikhlasan, kesabaran.

Nurani (suara hati )selalu berkata benar,karena suara hati itu adalah suara-suara kebaikan Tuhan. HAnya saja terkadang kita terbelenggu,karena jangan salah syaitanpun sampai menyelinap ke sini, sehingga kadang kita cukup kesulitan untuk membedakan  mana suara Tuhan dan mana suara Syaitan. Berhati-hatilah, syaitan tak hanya mempengaruhi dengan perbuatan yang agresi, kasar dsb. Merekapun membentuk sedemikian strategi untuk membuat kita terjerumus tanpa kita sengaja. Misalnya saja, kita semangat untuk mengaji berdakwaah dsb, tapi ternyata mereka menyelinap dan menyisipkan unsur ria di hati kita pada akhirnya, itulah contohnya. Tentu selalu ada obat untuk segala penyakit kan? Obat dalam hal ini, agar kita bisa mendengarkan yang benar itu suara Tuhan yakni berikhtiar terus mengevaluasi diri kita, terus dekat pada Allah.

Setiap orang sudah Allah bekali dengan nurani. “Didalam diri manusia ada segumpal daging. Jika ia baik maka baiklah dirinya. Jika ia buruk maka buruklah dirinya. Itu adalah hati”, kira-kira seperti itu, sehingga salah satu dasarnya adalah hati. Kembali pada judul besar , “menyentuh hati harus dengan hati”. Saat kita ingin mengajak orang lain menyeru suatu hal yang baik, ini perkara hati, dan agar kita berhasil maka kita harus memakai hati kita dalam prosesnya. Kita harus review niat kita, apakah sudah berorintasi pada kualitas (sudahkan pada Allah, dzat Yang Maha Memiliki Kuasa), kitapun harus menyentuhnya dengan sesuatu yag brilian yaitu kesabaran dan keikhlasan. Mungkin dan pasti butuh perjalanan yang tak pendek, butuh amnunisi yang tak sedikit, dan tentu butuh hati yang tak kecil untuk bisa melakukan ini. Tapi saya lebih meyakini seperti ini, bahwa prosesnya memang berwarna-warni, tapi warna warni pelangi yang saat itu bisa disatu padukan makan akan terlihat bahkan terasa jauh lebih indah. Tak lupa kekuatan doa’, karena SEINDAH – INDAH IKHTIAR KITA, HANYA HIDAYAH  YANG AKAN MENANG, DAN HIDAYAH ITU HANYA MILIK ALLAH.

ombak , mengajarkanku, seperti ia berani menghempas dedaunan dan menghapus ukiran kata pada pasir.

pelangi, mengajarkanku, seprti ia berani saling mengargai perbedaan mengkombinasikannya dalm suatu karya yang indah.

senja, mengajarkanku, bahwa waktu terus bergulir menuju halte redup sebelum benar-benar kelam, harus ku hargai fasenya.

aku berani menghapus keluh, membingkai perbedaan, menikmati setiap fasenya.

Nikmati saja setiap fase demi fasenya, nikmati perubahannya selama itu membuatmu terus bertumbuh. Terakhir satu hal yang harus terus kita ingat dan yakini bahwa siapa yang lebih yakin akan pertolongan Allahlah, yang akan lebih kuat juga cepat menemukan jalannya..
Wallahualam bishawwab
#judul ini disadur dari ucapan adik shalihah:difa J

Hamash....
Bersama-sama belajar.
Saling mengingatkan dan menguatkan  ya, mohon maaf jika ada kekeliruan…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILMU TENTANG CINTA

Apa itu Cinta? yang perlu kita fahami ketika membicarakan cinta, ialah cinta sesuai fitrahnya, kesuciannya, dan makna sebenarnya. Bukan cinta-cintaan (cinta buatan hehe) yang barangkali banyak disalah artikan maknanya dan penerapannya. Allah itu Maha Cinta, sepakat tidak? Ya, coba kita ingat-ingat lagi jika kita meyakini dan memahami dengan hati yang sepenuhnya, segala yang Allah berikan kepada kita selalu penuh dengan kebaikan. Allah menebarkan cintaNya kepada hamba-hambaNya, maka selayaknya kita sebagai hambaNya pun memiliki dan menebarkan cinta tersebut. Cinta = Kebaikan. Jika hari ini kita mengaku menebarkan cinta, menumbuhkan cinta, namun tidak terasa unsur kebaikannya, kebermanfaatannya, maka kita perlu memeriksa kembali, apakah betul itu cinta? Bagiku, cinta itu universal, maknanya umum. Bagimu apakah sama begitu? Cinta pada orang tua, pasangan halal, anak, keluarga, guru, murid bahkan pada pekerjaan yang kita jalankan serta cinta pada diri sendiri (asalkan porsinya ...

“MEMINTA YANG TERBAIK”

Kita sangat sadar bahwa kita adalah manusia yang memiliki banyak sekli keterbatasan. Kita terbatas pada perasaan kita yang kerap kali mengedepankan emosi belaka, kita juga terbatas pada pemikiran kita yang kerap kali mengedepankan logika semata. Pada akhirnya, kita sering khawatir akan segala hal yang melekat pada diri kita. Puncak dari kekhawatiran itu adalah kita senantiasa berusaha melibatkan Allah dalam setiap perjalanannya. Kita meminta yang terbaik menurut-Nya saja, karena pandangan-Nya, pilihan-Nya, pemberian-Nya tak akan pernah ada kesalahan sedikitpun. Kamu, apa juga begitu? Selalu meminta diberikan yang terbaik dalam setiap do’amu? Dalam kondisi tertentu, barangkali kita sering lupa akan do’a itu. Kita lupa, bahwa kita meminta yang terbaik bagi kehidupan kita, bukan meminta yang menyenangkan, bukan juga meminta yang membahagiakan, apalagi meminta yang menurut kita itu keren. Nah, aku ingin bertanya padamu, menurutmu do’amu untuk diberikan yang terbaik bagi kehidup...

“TAK MUNGKIN MEMBAHAGIAKAN SEMUA”

 -jika bisa, inginnya kita membahagiakan semua orang. tapi apa harus begitu?- Salah satu hakikat sebagai manusia sosial adalah setiap apa-apa yang dilakukannya pasti tidak lepas dari sorotan manusia yang lain, entah itu keluarga, kerabat, teman sekalipun orang yang baru kita temui saat itu. Sorotan tersebut biasanya berbentuk penilaian, entah penilaian yang sekedar keisengan sampai penilaian yang sangat serius. Kita sebagai objek yang menerima penilaian itupun memiliki sumber daya diri atau kapasitas cara menerima yang berbeda-beda, mulai dari mudah terpengaruh sampai tidak terpengaruh, bahkan penerimaan yang lemah hingga kuat. Tak masalah, setiap orang mengalaminya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, bukan? Penilaian-penilaian itu biasanya berkaitan dengan banyak hal, kepentingan yang berbeda-beda, sudut pandang yang berbeda-beda bahkan hingga value yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Penilaian itu pun biasanya mengandung unsur suka atau tidak suk...