“kehidupan itupun perkara hati. Setiap orang
punya hati (sumber kebaikan), jika ingin menyentuhnya ya harus pake hati juga.
Gak cukup menyentuh hati dengan logika,
kelembutan, bahkan kekerasan. TApi harus pake hati yang nol (Ikhlas)”
Saat kita melakukan setiap halnya dengan hati, terlebih hati
tersebut sudah berorientasi pada Allah, maka semua akan terasa jauh lebih
bersahabat. Saat hati kita menemui sebuah ketidak sinkronan katakanlah ada rasa
sakit dalam hati kita, kita tidak akan jadi pribadi yang lebih kronis hatinya,
rasa sakit itu pasti hanya sebentar saja, karena ketika sandaran kita adalah
Allah, maka tak akan pernah ada kecewa berkepanjangan. Maka lakukanlah dengan
hati.
Perkara hati tak sekedar berbicara tentang cinta tapi ada
hal yang lebih berlian yaitu suatu keikhlasan, kesabaran.
Nurani (suara hati )selalu berkata benar,karena suara hati
itu adalah suara-suara kebaikan Tuhan. HAnya saja terkadang kita
terbelenggu,karena jangan salah syaitanpun sampai menyelinap ke sini, sehingga
kadang kita cukup kesulitan untuk membedakan
mana suara Tuhan dan mana suara Syaitan. Berhati-hatilah, syaitan tak
hanya mempengaruhi dengan perbuatan yang agresi, kasar dsb. Merekapun membentuk
sedemikian strategi untuk membuat kita terjerumus tanpa kita sengaja. Misalnya
saja, kita semangat untuk mengaji berdakwaah dsb, tapi ternyata mereka
menyelinap dan menyisipkan unsur ria di hati kita pada akhirnya, itulah
contohnya. Tentu selalu ada obat untuk segala penyakit kan? Obat dalam hal ini,
agar kita bisa mendengarkan yang benar itu suara Tuhan yakni berikhtiar terus
mengevaluasi diri kita, terus dekat pada Allah.
Setiap orang sudah Allah bekali dengan nurani. “Didalam diri manusia ada segumpal daging.
Jika ia baik maka baiklah dirinya. Jika ia buruk maka buruklah dirinya. Itu
adalah hati”, kira-kira seperti itu, sehingga salah satu dasarnya adalah
hati. Kembali pada judul besar , “menyentuh hati harus dengan hati”. Saat kita
ingin mengajak orang lain menyeru suatu hal yang baik, ini perkara hati, dan
agar kita berhasil maka kita harus memakai hati kita dalam prosesnya. Kita
harus review niat kita, apakah sudah berorintasi pada kualitas (sudahkan pada
Allah, dzat Yang Maha Memiliki Kuasa), kitapun harus menyentuhnya dengan
sesuatu yag brilian yaitu kesabaran dan keikhlasan. Mungkin dan pasti butuh
perjalanan yang tak pendek, butuh amnunisi yang tak sedikit, dan tentu butuh
hati yang tak kecil untuk bisa melakukan ini. Tapi saya lebih meyakini seperti
ini, bahwa prosesnya memang berwarna-warni, tapi warna warni pelangi yang saat
itu bisa disatu padukan makan akan terlihat bahkan terasa jauh lebih indah. Tak
lupa kekuatan doa’, karena SEINDAH – INDAH IKHTIAR KITA, HANYA HIDAYAH YANG AKAN MENANG, DAN HIDAYAH ITU HANYA MILIK
ALLAH.
ombak
, mengajarkanku, seperti ia berani menghempas dedaunan dan menghapus ukiran
kata pada pasir.
pelangi, mengajarkanku, seprti ia berani saling mengargai perbedaan mengkombinasikannya dalm suatu karya yang indah.
senja, mengajarkanku, bahwa waktu terus bergulir menuju halte redup sebelum benar-benar kelam, harus ku hargai fasenya.
aku berani menghapus keluh, membingkai perbedaan, menikmati setiap fasenya.
pelangi, mengajarkanku, seprti ia berani saling mengargai perbedaan mengkombinasikannya dalm suatu karya yang indah.
senja, mengajarkanku, bahwa waktu terus bergulir menuju halte redup sebelum benar-benar kelam, harus ku hargai fasenya.
aku berani menghapus keluh, membingkai perbedaan, menikmati setiap fasenya.
Nikmati saja setiap fase demi fasenya, nikmati perubahannya
selama itu membuatmu terus bertumbuh. Terakhir satu hal yang harus terus kita
ingat dan yakini bahwa siapa yang lebih yakin akan pertolongan Allahlah, yang
akan lebih kuat juga cepat menemukan jalannya..
Wallahualam bishawwab
#judul ini disadur dari ucapan adik shalihah:difa J
Hamash....
Bersama-sama belajar.
Saling mengingatkan dan menguatkan ya, mohon maaf jika ada kekeliruan…
Komentar
Posting Komentar