Langsung ke konten utama

SECERCAH HARAP DARI AWAM *politik??!! siyasi :)

Kejahatan merajalela, bukan karena seditnya orang baik, tapi karena orang baiknya diam dan atau bahkan mendiamkan , dan saya tidak mau diam dan atau mendiamkan (Anis Baswedan, penggagas Indonesia Mengajar

Entah terlalu ideal entah apa
Tapi ada harapan Bumi Pertiwi ,
Indonesia ini tak sekedar maju pun berkembang., tapi juga barokah



Entah terlalu tinggi ekspektasinya entah apa
Tapi ada upaya nyata didalam Negara
yg penuh system, meski kecil



Entah terlalu membanggakan entah apa
Tapi semoga Allah memeberi
kesabaran, dan jalan2 yg terbaik dari Allah saja. Menolong untuk kembali pada
jalan yang benarm jika sekarang salah.




“2014
tahun politik?!” beberapa orangpun mulai menari alis ke atas,bahkan
menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri ke kanan.  Persis seperti aku dulu, saat masih sangat
tak suka dengan politik, belum suka dan tak ingin mencoba suka.


Jujur
saja sejujurnya, aku benci dengan politik, dalam pandanganku politik itu kejam
dan tidak menyenangkan. Hingga kemudian di tahun lalu saat aku mulai berhak
mempunyai hak suara untuk memilih “bupati” di daerah asalku, Banten, aku mulai
menemukan sebuah pandangan.


Betulkah
politik itu menyeramkan?


Betulkah
politik itu membingungkan?


Betulkah
politik itu kejam?


Betulkah
tak ada yang baik-baiknya dari politik?

*jujur,
aku belum mampu menemukan jawaban terbaik atau bahkan jika ada jawaban terbenar



Jika
kita tinggal disebuah Negara, yang ada system pemerintahan yang jelas
didalamnya (termasuk politik), maka bukankah tak mungkin tiba-tiba kita
melepaskan diri darinya?



Jika
kita memang mau menjadikan Negara Indonesia ini  Negara yang penuh system islamnya, maka
bukankah tak mungkin kita tiba-tiba menyatakan dan mengaksikannya, dimana kita
belum memiliki kekuasaan tinggi di Negara ini?



Dan….



Jika
kita benci politik, karena terbukti banyak yang korupsi, lantas kita “golput”,
kecewa pada pemerintahan yang menyoreng nama buruk padanya, maka sudahkah kita
melakukan sesuatu untuk Negara itu? Atau… sudah sedemikian baik dan benarkah
kita sehingga kita asik mengumpat, membicarakan dan menghardik mereka-mereka
(yang terkadang kita tak tahu jelas kasus hukumnya, maklumlah media terkadang
menyiarkan hal-hal yang tidak totalitas).



“Harus
ada yang berkuasa di pemerintahan ini, dan dengan politik (untuk saat ini).
Untuk kemudian penguasa ini punya pengaruh besar selanjutnya mengubah system yang
sudah berlaku selama ini yang dianggap kurang baik juga benar atau apapun
kebijakannya yang lain”.


Mari
kita coba bangun mindset baru, bahwa bukanlah sekadar politik, tapi siyasi…
Sebuah strategi. Karena Rasulullahpun mengajarkan kita strategi dari
perang-perang besar yang ia pimpin.





Aku
bukan sedang belajar mencintai atau sekedar mengenali politik jauh lebih dalam…(dibayanganku,
tetap politik itu suatu hal yang terkadang cukup menakutkan). Tapi aku sedang
belajar memberikan kontribusi sebagai partisipan ataupun simpatisan, meski aku
tak punya ilmu hukum atau politik itu sendiri.  Sebagai warga Negara Indonesia, sebagai
pribadi yang mengharapkan kekuasaan pemerintahan yg lebih baik, itu saja…





“jangan
terburu-buru memutuskan untuk menilai dan membicarakan orang lain, jika kita
memang tak tahu apa-apa, bahkan kita tak mencoba mengetahui prosesnya seperti
apa. Karena aku yakin, hanya orag yang mengikuti prosesnya (aktif/ pasif), yang
akan tahu apa itu perjuangan yang sesungguhnya” #selami prosesnya.





Aku
dan mungkin beberapa orang lain hanya punya  harapan besar (siapapun ia),

ada pemimpin yang lebih berbaur
dengan rakyatnya (bukan sekedar senyum dan salam pada rakyatnya), meski tak
seperti khalifah Umar bin Khatab, karena aku tahu semuanya punya perbedaan
masa.

Ada pemimpin yang bisa membuat kami mengatakan “subhanallah… inilah
khalifah…” dan membuat kami terus memuji Allah karena sikap kepemimpinannya,
akhlaknya yang memesona .
Ada pemimpin yang membuat orang-orang disebrang atau
belahan bumi sana menghormati keIndonesiaannya, Keberagamannya, Budaya
santunnya.




Ah……
semuanya hanya dirangkup dalam satu kalimat “ Pemimpin yang bukan sekedar
nasionalis meneruskan perjuangan Bung Karno –Hatta dan para pejuang, tapi juga
pemimpin yang menarik izin Allah untu memberkahi Indonesia sebagimana pada masa
Rasulullah, dahulu…”



*kebayang,
jika pemimpinnya menghalalkan segala cara dalam mencapai posisinya itu. Jika
pemimpinnya memakai serangan fajar, yang Allah tak ridha.


**kebayang,
jika pemimpinnya menjalankan cara-cara halal, menyambut kabar menang/kalah
dengan dzikir..


Cukup
khawatir dan miris, tapi hanya inilah saja yang mampu kulakukan saat ini..





#Lalu,
ada memangnya  orang-orang calon pemimpin
sekarang yang seperti bintang dua (**) di atas? Wallahualam bishawwab.. semoga
Allah membukakan mata hati kita, melihat yang benar itu benar. Dan jangan
sampai malas atau malah tidak mencoba untuk mengenalinya.




“Diantara
yang buruk, pasti ada yang lebih buruk, diantara yang baik, pasti ada yang
lebih baik. Artinya, diantara kesalahan pasti ada kesalahan yang lebih sedikit
(karena kitapun hanya manusia biasa saja).”





Sedikit
curhat siapa tahu sampai ke yang berwenang (hehehe):


 semoga metoda atau sistemnya terus lebih baik,
jujur terkadang kami bingung… partai yang banyak… dengan calon legislative yang
banyak… yang kurang memperkenalkan diri… kami kebingungan ( L J)

"Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang jahat, tapi karena diamnya orang baik
(Ali bin Abi Thalib)"





-curhatan
dari seorang aku sekedar curhatan, tidak bermaksud memecah konflik, memacu
perdebatan, apa lagi perpecahan dan menggurui… maaf..-



(nunikMC_alhaya
haurah)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

“TAK MUNGKIN MEMBAHAGIAKAN SEMUA”

 -jika bisa, inginnya kita membahagiakan semua orang. tapi apa harus begitu?- Salah satu hakikat sebagai manusia sosial adalah setiap apa-apa yang dilakukannya pasti tidak lepas dari sorotan manusia yang lain, entah itu keluarga, kerabat, teman sekalipun orang yang baru kita temui saat itu. Sorotan tersebut biasanya berbentuk penilaian, entah penilaian yang sekedar keisengan sampai penilaian yang sangat serius. Kita sebagai objek yang menerima penilaian itupun memiliki sumber daya diri atau kapasitas cara menerima yang berbeda-beda, mulai dari mudah terpengaruh sampai tidak terpengaruh, bahkan penerimaan yang lemah hingga kuat. Tak masalah, setiap orang mengalaminya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, bukan? Penilaian-penilaian itu biasanya berkaitan dengan banyak hal, kepentingan yang berbeda-beda, sudut pandang yang berbeda-beda bahkan hingga value yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Penilaian itu pun biasanya mengandung unsur suka atau tidak suka. A

MEMPERBAIKI HUBUNGAN DENGAN ALLAH

Kita kerap sekali menemui rasa gelisah, dan rasa gelisah itu erat kaitannya dengan emosi serta hati kita. Terkadang rasa glisah itu memang sesuai dengan realita yang sedang terjadi, tapi terkadang juga hanya lewat begitu saja. Tapi pada dasarnya setiap emosi itu adalah alarm atau pemberitahuan ataupun tanda bagi kita. Alarm apa nih maksudnya? Oke coba kita telusuri ya, kita fokus pada pembahasan gelisah dulu. Sederhananya, gelisah adalah situasi dimana kita merasa tidak tenang, kadang   kala dengan mudah kita tahu apa penyebabnya tapi kadang kala kita perlu waktu untuk mengetahui apa penyebab kegelisahan kita itu. Tapi pada dasarnya, rasa gelisah atau tidak tenang itu adalah sebuah tanda bahwa ada sesuatu yang salah bahkan ada hal yang belum tuntas. Maka ketika kita gelisah, kenalilah pesan apa yang sebenarnya ingin disampaikan pada kita lewat kegelisahan itu sendiri. Dan satu hal yang penting, gelisah adalah tanda bahwa kita harus semakin serius untuk memperbaiki hubungan kita d

“JADILAH APA ADANYA ‘SEORANG DEWASA”

-jadilah apa adanya dirimu, mengakui kelemahanmu, memperbaiki kesalahanmu, berkarya dengan kelebihanmu- Kita hidup sepaket dengan kelebihan dan kekurangan kita, kebaikan dan keburukan kita, dan itu melekat pada diri kita. Sehingga tidak mungkin ada seseorang mengklaim bahwa dirinya selalu baik tanpa cacat, pun mengklaim bahwa dirinya buruk tanpa lebih. Kebaikan sama halnya dengan aib memang tak perlu diumbar, tapi kita sendiri harus tepat dalam merespon kebaikan dan aib kita. Namun kita harus sadar, bahwa ada hal yang bisa dirubah, ada hal yang bisa diikhtiarkan, dan ada hal yang bisa dicapai, maka pada dasarnya kita memiliki peluang untuk memperbaiki kelemahan kita atau memperbaki kekurangan kita, sepakat gak?. Begini rumusnya : kita bongkar diri kita ( apa ya lebih dan kurangnya, kekuatan dan kelemahannya), lalu kita terima seutuhnya diri kita (terima bahwa kita punya kelemahan, dan syukuri kita punya kekuatan), selanjutnya jadilah diri terbaik kita (kalau ada yang bisa dir