Langsung ke konten utama

Mengkondisikan Diri, Zero



Pernahkah kamu berada pada sebuah kondisi , dimana kamu merasa sangat ceroboh, menyesa,resah  dan takut, karena ulah keteledoran dirimu sendiri?

Ya, saya pernah…

Saat seperti itu, kita akan reflex untuk segera beruraikan air mata, tak peduli berapa banyak bulir air yang jatuh dan membengkakkan mata kita. Pada saat itu kita hanya bisa berteriak mengatakan “ Ya Allah…..”. Ya, disaat pertama kali kita tak mampu bersegera berpikir dan berserah, kita hanya bisa “”menangis”.

Aku hanya ingin bilang, bersegeralah sadar untuk lekas beristigfar,bertasbih. Jangan marah pada dirimu 
sendiri, lekaslah untuk menyadarkan dirimu sendiri bahwa “Taka da salah yang tak bisa diperbaiki, jika itu hak untukmu, pasti untukmu. Berjuanglah semampunya. Dan jika hal itu lepas, berarti bukan untukmu. Terimalah seikhlas mungkin”. Berserahlah segera, menyerahlah hanya pada Allah saja. Saat ikhtiarmu sudah sampai ujung, dan sulit, maka menyerahlah saja.. hanya pada Allah.

Dan mungkin, saat sulit itu kita mengingat kekeliruan, kesalahan dan dosa kita, sembari berucap “ Ya Allah… ini tak sebanding dengan dosa hamba. Bantu hamba.. hamba berjanji memperbaikinya jika hamba berkesempatan lagi”. 
Ya, sadar atau tak sadar kita seperti menukar harapan kita dengan janji yang sungguh manis…. Jangan lupakan janji itu… jika kau berkesempatan yang sama…
Dan aku hanya ingin bilang, bahwa banyak cara Allah untuk mengingatkan hambanya, baik dengan menyentuh lembut hambanya ataupun dengan menggosok kasar hatinya. Semua taka ada bedanya, hanya saja… kita perlu kekuatan lebih untuk tetap tenang dalam kedua hal berbeda itu.

Dalam kondisi resah itu… menyerahlah… sampai titik ujung ikhtiarmu..
Jika untukmu, pasti untukmu ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILMU TENTANG CINTA

Apa itu Cinta? yang perlu kita fahami ketika membicarakan cinta, ialah cinta sesuai fitrahnya, kesuciannya, dan makna sebenarnya. Bukan cinta-cintaan (cinta buatan hehe) yang barangkali banyak disalah artikan maknanya dan penerapannya. Allah itu Maha Cinta, sepakat tidak? Ya, coba kita ingat-ingat lagi jika kita meyakini dan memahami dengan hati yang sepenuhnya, segala yang Allah berikan kepada kita selalu penuh dengan kebaikan. Allah menebarkan cintaNya kepada hamba-hambaNya, maka selayaknya kita sebagai hambaNya pun memiliki dan menebarkan cinta tersebut. Cinta = Kebaikan. Jika hari ini kita mengaku menebarkan cinta, menumbuhkan cinta, namun tidak terasa unsur kebaikannya, kebermanfaatannya, maka kita perlu memeriksa kembali, apakah betul itu cinta? Bagiku, cinta itu universal, maknanya umum. Bagimu apakah sama begitu? Cinta pada orang tua, pasangan halal, anak, keluarga, guru, murid bahkan pada pekerjaan yang kita jalankan serta cinta pada diri sendiri (asalkan porsinya ...

“MEMINTA YANG TERBAIK”

Kita sangat sadar bahwa kita adalah manusia yang memiliki banyak sekli keterbatasan. Kita terbatas pada perasaan kita yang kerap kali mengedepankan emosi belaka, kita juga terbatas pada pemikiran kita yang kerap kali mengedepankan logika semata. Pada akhirnya, kita sering khawatir akan segala hal yang melekat pada diri kita. Puncak dari kekhawatiran itu adalah kita senantiasa berusaha melibatkan Allah dalam setiap perjalanannya. Kita meminta yang terbaik menurut-Nya saja, karena pandangan-Nya, pilihan-Nya, pemberian-Nya tak akan pernah ada kesalahan sedikitpun. Kamu, apa juga begitu? Selalu meminta diberikan yang terbaik dalam setiap do’amu? Dalam kondisi tertentu, barangkali kita sering lupa akan do’a itu. Kita lupa, bahwa kita meminta yang terbaik bagi kehidupan kita, bukan meminta yang menyenangkan, bukan juga meminta yang membahagiakan, apalagi meminta yang menurut kita itu keren. Nah, aku ingin bertanya padamu, menurutmu do’amu untuk diberikan yang terbaik bagi kehidup...

“TAK MUNGKIN MEMBAHAGIAKAN SEMUA”

 -jika bisa, inginnya kita membahagiakan semua orang. tapi apa harus begitu?- Salah satu hakikat sebagai manusia sosial adalah setiap apa-apa yang dilakukannya pasti tidak lepas dari sorotan manusia yang lain, entah itu keluarga, kerabat, teman sekalipun orang yang baru kita temui saat itu. Sorotan tersebut biasanya berbentuk penilaian, entah penilaian yang sekedar keisengan sampai penilaian yang sangat serius. Kita sebagai objek yang menerima penilaian itupun memiliki sumber daya diri atau kapasitas cara menerima yang berbeda-beda, mulai dari mudah terpengaruh sampai tidak terpengaruh, bahkan penerimaan yang lemah hingga kuat. Tak masalah, setiap orang mengalaminya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, bukan? Penilaian-penilaian itu biasanya berkaitan dengan banyak hal, kepentingan yang berbeda-beda, sudut pandang yang berbeda-beda bahkan hingga value yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Penilaian itu pun biasanya mengandung unsur suka atau tidak suk...