Mungkin
kita sering melupakan, ada anak-anak diluar sana, yang idealnya menikmati masa
bermain.
Justru
harus memikul tanggungjawab, ia dewasa sebelum waktunya.
Menjadi
tumpuan keluarga sebelum sebelum masanya .
Aku tertampar, dan amat halus. Melihat sebuah tayangan
salah satu chanel televisi. Farhan namanya, 12 tahun usianya, tinggal dengan ke
2 adiknya, dan neneknya yang kiranya sudah mulai tak sehat jiwanya, tanpa ayah
dan ibu serta saudara. Yang harus bekerja menghidupi ketiga orang tersebut,
dengan memulung dan kuli sebisanya. Sekali lagi, farhan namanya, nama yang amat
indah.
Semua begitu menguras air mata serta pilu. Mungkin
kita atau ia pernah berujar “ kenapa hal ini harus menimpa”?, Ya, hanya Allah
saja yang Maha Tahu, Yang juga Berhak memberikan surge padanya. Semua terjadi
bukan tanpa alasan, justru dengan alasan yang sangat jelas, sudah Allah
perhitungkan, hanya saja kita tak mengetahuinya.
Seharusnya ini menjadi sebuah kunci, untuk membuka
mata hati kita, untuk membuka kesadaran kita, dan untuk membuka kembali fitrah
kita. Kita yang seharusnya malu akan kemandirian diri yang masih berantakan
saat ini. Kita yang seharusnya tak mau kalah, akan perjuangan dan semangat yang
terus ia pelihara. Ya, kita seharusnya mengingat usia kita ini sudah amat menuntut
kedewasaannya.
Mungkin kita bisa menangis… Alhamdulilah… semoga itu
tanda iman kita masih terpatri. Tapi tengoklah apakah tangisan itu seketika
akan menghilang, seiring waktu yang menyudahi tontonan hebat itu. Apakah
seketika kita akan melupa jika tadi kita sempat terketuk nuraninya. Dan kita
kembali pada diri kita yang selama ini begini adanya.
Ya, apapun itu. Itu adalah keputusan, bagaimana kita
memberi respon pada lingkungan kita. Bagaimana kita menjaga apa yang harus kita
jaga. Dan bagaimana kita menjadi diri terbaik, bukan sekedar menjadi diri
sendiri.
Komentar
Posting Komentar