Langsung ke konten utama

Tentang Yang Terkasih, My Everything,IBU


(tanpa maksud apapun, selain belajar dan berproses bersama, semoga bermanfaat dengan berbagi)

Ada do’a disetiap waktunya
Ada cinta semasa hayatnya
Ada lelah yang sengaja disembunyikan
Ada senyum yang sengaja ditampakkan


Gadis kecil itu, kini sudah beranjak dewasa.
Waktu bermain dan belajar dengan seorang ibu dulu, kini tergantikan dengan waktu berkumpul dan berorganisasi bersama kerabatnya.
Senyum lucu, lugu yang dulu, kini lebih sering berubah menjadi  wajah kalut lelah, dan senyuman yang tak sepolos dahulu.
Ketika dahulu, tak berani beranjak dari rumah sendirian, dan selalu meminta ibu untuk mendampingi, kini sudah terbiasa untuk pergi sendiri bahkan pulang hanya sekedar makan dan tidur saja.
Ya,
Itulah aku, kamu dan mereka. Kita semua.
Sekarang kita bisa bilang, “saya sudah mulai beranjak dewasa, banyak kegiatan bu, pa. Banyak yang harus saya persiapakan demi cita-cita dan masa depan kita”
Sedangkan dulu?

***
Sahabat,
Sekarang mungkin kau adalah orang yang sibuk dengan cita-citamu sendiri, atau mungkin aktivis,
Sibuk dengan amanahnya, tapi bukan berarti lupa pada naunganmu sedari kecil, Ibu.
Ibu bisa menerima keterbatasan kita, kekurangan kita. Bersedia mengajak dan melatih kita untuk berjalan, menulis, membaca, berkomunikasi dengan lingkungan, sampai akhirnya bisa menjadi seperti sekarang, aktivis seperti ini.
Tapi, apa kita bisa menerima keterbatasan dan kekurang ibu kita? Ketika Ibu bertanya terus tentang kabar kita, dan kita merasa risi lalu mengabaikannya. Ketika ibu terlambat sebentar mentransfer uang bulanan kita, dan kita langsung ngomel-ngomel. Ketika ibu sengaja datang ke kota kita menimba ilmu untuk merawat kita yang sedang sakit, meski ibu sudah tua rentan. Ketika ibu lupa tentang apa yang telah atau baru saja kau sampaikan, dan kau langsung mengakhiri pembicaraan.
Ibu….


***
Ada harga yang harus dibayar oleh seorang ibu, untuk melahirkan kita ke dunia dan akhirnya bisa menjadi besar tumbuh dengan baik seperti ini.
Harganya bukan rupiah, dollar, rupe atau apapun mata uangnya. Tapi harga “hidup” dan harga “mati”.
Ibu pada dasarnya tak pernah mempertimbangkan harga itu untuk dirinya, tapi ibu mempertimbangkan harga itu untuk anaknya yang masih dalam kandungan.
Inilah sebenarnya, ibu mengajarkan kita bagaimana caranya menjadi perempuan seutuhnya.
Namun, terkadang kita tak memperhatikan .

_ Sahabat, ini ada surat dari Ibu kita_
Dear anakku, kau adalah pembawa cerah dalam hidupku.
Ibu Rindu dimasa kau tertawa-tertawa dengan polosnya , mengahabiskan waktu bermain dan belajar bersama ibu.
Sekarang apa kabar? Sedang apa dirimu?
Tampaknya kini kau sedang sibuk sekali, bahkan sulit untuk ibu mengobrol dan sekedar sms tentang kabarmu. Semoga kau selalu dalam rangkulan Allah..
Anakku, 1 hal yang harus kau ketahui.
Ibu memang tak bisa membantumu lebih banyak lagi untuk mencapai cita-citamu, ibu hanya punya kekuatan do’a dan kekuatan cinta. Yang semoga bisa Allah ridhai untuk meringankan dan memudahkan langkahmu. Ibu tak bisa memberimu fasilitas yang lebih, tapi semoga Allah ,mengulurkan tangan-tangan baik padamu.
Ibupun berdo’a untuk diri ibu, agar ibu tak lelah memperjuangkanmu, dan agar ibu selalu bisa tersenyum untuk membuatmu tak khawatir dan tetap semangat
Baik-baiklah kau jaga diri disudut sana, dari sudut sini, meski jarak memisahkan pelukan kita, tapi cinta kasih menyatukan ikatan hati kita.


Sahabatku, Jika ibu tak henti-henti member kita kejutan,
Dari kesediannya melahirkan kita ke bumi, dari keikhlasannya merawat kita sampai sebesar seusia ini, dari menyuapi dan menyiapkan makanan dan bekal kita, dari kesediannya mendengarkan keluhan kita, dari kesediannya mendo’akan kita,
Lalu, kenapa kita tak bisa member 1 saja kejutan yang akan membuatnya merasa jauh lebih bangga dan beruntung dan tak salah untuk melahirkan kita ke dunia dan memiliki anak seperti kita.
Let’s say “ thank you mom”.
Besok : 22 Desember adalah hari ibu,
Bukan hanya sekedar memperingatinya,
Tapi jauh lebih luar biasa dengan memberikan makna indah bagi ibu kita.
Rasanya tak salah jika kita ucapkan atau member kejutan apapun itu pada ibu kita.
Sebatas ucapan cinta, setangkai mawar, serangkaian aktivitas membersihkan rumah, atau apapun.
Atau hanya sekedar menelepon mengucapkan “ Mah, selamat hari ibu. Semoga mamah diberi kekuatan selalu untuk menjadi ibu yang super special, dan lebih luar biasa lagi. Semoga Allah pertemukan kita di Surga”

aamiin


…….

 (al-haya hurah, NMC)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILMU TENTANG CINTA

Apa itu Cinta? yang perlu kita fahami ketika membicarakan cinta, ialah cinta sesuai fitrahnya, kesuciannya, dan makna sebenarnya. Bukan cinta-cintaan (cinta buatan hehe) yang barangkali banyak disalah artikan maknanya dan penerapannya. Allah itu Maha Cinta, sepakat tidak? Ya, coba kita ingat-ingat lagi jika kita meyakini dan memahami dengan hati yang sepenuhnya, segala yang Allah berikan kepada kita selalu penuh dengan kebaikan. Allah menebarkan cintaNya kepada hamba-hambaNya, maka selayaknya kita sebagai hambaNya pun memiliki dan menebarkan cinta tersebut. Cinta = Kebaikan. Jika hari ini kita mengaku menebarkan cinta, menumbuhkan cinta, namun tidak terasa unsur kebaikannya, kebermanfaatannya, maka kita perlu memeriksa kembali, apakah betul itu cinta? Bagiku, cinta itu universal, maknanya umum. Bagimu apakah sama begitu? Cinta pada orang tua, pasangan halal, anak, keluarga, guru, murid bahkan pada pekerjaan yang kita jalankan serta cinta pada diri sendiri (asalkan porsinya ...

“MEMINTA YANG TERBAIK”

Kita sangat sadar bahwa kita adalah manusia yang memiliki banyak sekli keterbatasan. Kita terbatas pada perasaan kita yang kerap kali mengedepankan emosi belaka, kita juga terbatas pada pemikiran kita yang kerap kali mengedepankan logika semata. Pada akhirnya, kita sering khawatir akan segala hal yang melekat pada diri kita. Puncak dari kekhawatiran itu adalah kita senantiasa berusaha melibatkan Allah dalam setiap perjalanannya. Kita meminta yang terbaik menurut-Nya saja, karena pandangan-Nya, pilihan-Nya, pemberian-Nya tak akan pernah ada kesalahan sedikitpun. Kamu, apa juga begitu? Selalu meminta diberikan yang terbaik dalam setiap do’amu? Dalam kondisi tertentu, barangkali kita sering lupa akan do’a itu. Kita lupa, bahwa kita meminta yang terbaik bagi kehidupan kita, bukan meminta yang menyenangkan, bukan juga meminta yang membahagiakan, apalagi meminta yang menurut kita itu keren. Nah, aku ingin bertanya padamu, menurutmu do’amu untuk diberikan yang terbaik bagi kehidup...

“TAK MUNGKIN MEMBAHAGIAKAN SEMUA”

 -jika bisa, inginnya kita membahagiakan semua orang. tapi apa harus begitu?- Salah satu hakikat sebagai manusia sosial adalah setiap apa-apa yang dilakukannya pasti tidak lepas dari sorotan manusia yang lain, entah itu keluarga, kerabat, teman sekalipun orang yang baru kita temui saat itu. Sorotan tersebut biasanya berbentuk penilaian, entah penilaian yang sekedar keisengan sampai penilaian yang sangat serius. Kita sebagai objek yang menerima penilaian itupun memiliki sumber daya diri atau kapasitas cara menerima yang berbeda-beda, mulai dari mudah terpengaruh sampai tidak terpengaruh, bahkan penerimaan yang lemah hingga kuat. Tak masalah, setiap orang mengalaminya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing, bukan? Penilaian-penilaian itu biasanya berkaitan dengan banyak hal, kepentingan yang berbeda-beda, sudut pandang yang berbeda-beda bahkan hingga value yang berbeda-beda dari setiap orangnya. Penilaian itu pun biasanya mengandung unsur suka atau tidak suk...